IP

Selasa, 31 Desember 2013

Resolusi Tahun Baru

by Zay Mahdi

Malam ini, 31 Desember 2013 terasa seperti malam-malam yang lain, biasa saja. Pertama di tradisi keluarga saya memang tidak mengenal perayaan tahun baru masehi. Namun hanya ikut turut senang dengan suasana malam yang penuh dengan gemuruh kembang api bergema dimana-mana. Tetapi di tahun baru masehi  kita tetap harus mempunyai harapan dan impian baru yang ingin dicapai sehingga kami sekeluarga memohon kepada Yang Maha Esa untuk diberi kesehatan, kemudahan dan kelancaran menjalani kehidupan yang baru di awal tahun baru juga.
Saya menulis ini agar kelak anak cucu saya bisa membaca bahwa orang tua mereka ada di dunia untuk berjuang demi mereka, demi masa depan mereka dan demi cita - cita anak - anaknya.
Tanpa terasa penghujung tahun sudah di depan mata dan sebentar lagi kita akan menyambut tahun baru. Semarak menyambut perayaan tahun baru pun mulai bermunculan di mana-mana. Terompet, kembang api, pesta, dan hal-hal yang identik dengan tahun baru, sudah dinanti-nanti.
Memang banyak orang begitu menanti-nanti pergantian tahun. Mereka seakan sudah tak sabar untuk menjejaki tahun baru 2014. Tapi, dibalik itu semua, ada pula orang-orang yang belum ingin meninggalkan tahun 2013 ini. Mungkin karena masih banyak rencana yang belum tercapai.
Mungkin banyak dari kita yang mengalami hal seperti ini. Berpuluh-puluh resolusi kita buat di setiap pergantian tahun, tapi ujung-ujungnya resolusi itu bagaikan sekadar wacana saja bagi diri sendiri, tak terealisasi sebagaimana mestinya. Atau, barangkali sudah sempat terlaksana, namun tidak adanya konsistensi dari dalam diri menghambat terwujudnya resolusi tersebut.
Jika kita telah mengalami berulang kali hal tersebut di tiap tahunnya, tak ayal momentum pergantian tahun baru kali ini akan diisi oleh kebimbangan, apakah ingin membuat resolusi yang baru lagi? Sementara, resolusi-resolusi sebelumnya pun masih banyak yang terabaikan. Hal ini pula yang biasanya membuat kita seakan tak rela meninggalkan 2013, karena seharusnya semua target tercapai di tahun ini. Namun, apa daya kita tak bisa lagi memutar waktu atau memperpanjang tahun 2013.
Jadi, bagi saya, resolusi tahun baru itu bisa dalam bentuk yang sederhana saja: semangat baru. Jika kita membuat resolusi sebanyak-banyaknya yang kita inginkan, namun tanpa mengiringinya dengan semangat, apa yang akan terjadi ? Resolusi tak akan pernah terealisasi. Semua target seakan sulit bagi kita, karena yang ada hanya perasaan pesimis dan ujung-ujungnya, tak ada yang tercapai. Oleh sebab itu, mari tumbuhkan semangat baru di dalam diri. Selagi masih ada semangat, tak perlu ragu membuat resolusi-resolusi terbaru.
Dan yang pasti apapun rencana - rencana itu bagi saya semuanya hanya demi keluarga, istri dan anak - anak tercinta, karena di mata mereka setiap keringat yang di cucurkan suami atau ayah mereka merupakan tetes mutiara yang akan menjadi bekal ibadah kelak .... Bunda... Anak-anakku... Doaku...Doa kalian.. semoga di persatukan dalam realisasi nyata oleh Allah SWT... dan itu yang akan menjadi Resolusi Kita....
Selamat tahun baru 2014 ! Dapatkan harapan baru dan gapai impian baru ! Demi kehidupan baru yang lebih baik lagi ! Semangat !

Senin, 23 Desember 2013

Pemimpin Yang Adil

Dunia Mencari Pemimpin Yang Benar Adil dan Berani Mati


Kerinduan masyarakat terhadap pemimpin adil sama dengan kerinduan mereka terhadap tanah lapang yang hijau dan sejuk. Tempat mata meraih keindahannya. Tempat nafas menarik dalam kesejukannya. Tempat hati melepas kepenatannya. Atau bahkan lebih dari itu semua.
Apalagi hari ini. Ketika pencarian masyarakat terbentur tembok keputusasaan. Dicerminkan pada sikap apatis terhadap semua bentuk pemilihan pemimpin. Karena mereka telah kecewa. Harapan yang muncul seperti tunas yang baru tumbuh, dihantam oleh badai dusta. Tak tersisa.
Kemunculan pemimpin adil ini harus diusahakan terus. Dicari di tumpukan jerami, walau hanya sekecil jarum.
Siapapun yang akan muncul menjadi pemimpin adil, apalagi di tengah kumuhnya sistim dan kepemimpinan, tulisan ini memberikan rambu sejarah yang akan terulang di sepanjang sejarah.
Khulafaur Rasyidin (Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali) adalah contoh para pemimpin teradil di muka bumi ini, setelah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Merekalah para pemimpin yang disebut oleh Nabi sebagai pemimpin yang mendapatkan bimbingan Allah. Pemimpin yang menerapkan syariat Islam dengan utuh dan adil terhadap rakyatnya. Keadilannya, tidak pernah dijumpai dalam sejarah hidup pemimpin manapun di muka bumi ini.
Tetapi mereka semua meninggal dengan cara yang tragis!
Inilah kematian mereka satu per satu dalam rekaman sejarah Islam. Setelah mereka mempersembahkan kepemimpinan yang membuat langit memuji mereka.
Abu Bakar Diracun oleh Yahudi?
Para ulama berbeda pendapat tentang penyebab kematian Abu Bakar. Ada yang berpendapat bahwa sebab kematian Abu Bakar adalah sakit yang disebabkan oleh karena beliau mandi pada cuaca yang sangat dingin.
Tetapi ada yang berpendapat bahwa Abu Bakar meninggal karena diracun oleh Yahudi setahun sebelum wafatnya. Sebagaimana yang bisa kita baca dalam kitab tarikh al-Khulafa’ (1/74, MS) karangan Imam as-Suyuthi dan tarikh ath-Thabari.
As-Suyuthi berkata, “Ibnu Sa’ad dan al-Hakim meriwayatkan dengan sanad shahih dari Ibnu Syihab bahwa Abu Bakar dan al-Harits bin Kildah makan makanan yang dihadiahkan kepada Abu Bakar. al-Harits berkata: Angkat tanganmu wahai khalifah Rasulillah. Demi Allah di makanan ini ada racun yang membunuh dalam setahun. Saya dan Anda akan mati pada satu hari yang sama.
Abu Bakar berhenti memakannya. Keduanya terus sakit hingga meninggal pada satu hari yang sama dengan berakhirnya hitungan satu tahun.”
Untuk menguatkan riwayat ini, as-Suyuthi menukil pernyataan ulama ternama asy-Sya’bi. As-Suyuthi berkata: Al-Hakim meriwayatkan dari Sya’bi, dia berkata, “Apa yang kita harapkan dari dunia yang hina ini. Telah diracun Rasulullah, demikian pula Abu Bakar.”
Setelah itu, as-Suyuthi menyebutkan pendapat kedua. Di mana al-Waqidi dan al-Hakim meriwayatkan dari Aisyah yang berkata, “Permulaan sakitnya Abu Bakar yaitu dia mandi pada Hari Senin 7 Jumadil Akhir. Saat itu cuaca sangat dingin. Hal itu menyebabkannya demam selama 15 hari. Sehingga tidak bisa keluar untuk shalat. Dan wafat pada malam Selasa 8 malam yang terakhir di Bulan Jumadil Akhir tahun 13 dalam usia 63 tahun.”
Para ulama sejarah memperbincangkan kedua penyebab ini. Masing-masing mencoba mengambil yang dianggapnya lebih kuat. Atau seperti as-Suyuthi yang menyebutkan kedua pendapat sekaligus.
Jika kita mengambil pendapat pertama yaitu sebab diracun, maka ini semakin menambah panjang daftar kematian pemimpin adil dengan cara mengenaskan. Kalau kita mengambil pendapat yang kedua yaitu sebab sakit, maka seakan sejarah Abu Bakar ingin mengatakan bahwa hanya dia dari 4 khulafaur rasyidin yang meninggal karena sakit. Tetapi 3 pemimpin adil lainnya harus mengakhiri hidupnya dengan cara yang tragis.
Umar Ditikam oleh Majusi
Pagi itu bukan hanya Umar yang ditusuk oleh Abu Lu’luah. Tetapi ada 13 orang lainnya. Dari mereka, 7 meninggal. Penusukan yang telah ditargetkan oleh Abu Lu’luah yang beragama majusi berdasarkan dendam terhadap Umar dan juga muslimin.
DR. Ali Muhammad ash-Shalabi mengatakan bahwa bukti kuat kalau Abu Lu’luah bukan hanya memiliki dendam pribadi kepada Umar tetapi juga kepada muslimin adalah dia menusuk 13 muslimin yang sedang berjamaah Shalat Shubuh. “Kalaulah benar Umar telah berbuat dzalim kepadanya, tetapi apa dosa para shahabat yang dia tusuk. Dan aku berlindung kepada Allah menyebut Umar sebagai orang dzalim,” begitu Ali ash-Shalabi menjelaskan (Umar bin Khattab h. 644)
Abu Lu’luah adalah budaknya Mughirah bin Syu’bah. Di mana dia digaji setiap harinya 4 Dirham dengan kemampuannya sebagai seorang pembuat alat penggiling.
Sejarah menyebutkan bahwa dendam pribadi Abu Lu’luah ketika dia kecewa dengan keputusan Umar yang dirasa tidak adil saat dia mengadukan tuannya Mughirah. “Semua merasakan keadilannya (Umar), kecuali saya,” kata Abu Lu’luah.
Suatu saat Umar berkata, “Saya diancam oleh seorang budak.” Kalimat diucapkan setelah Abu Lu’luah berbicara kepada Umar, “Saya akan buatkan ‘alat penggilingan untukmu yang akan menjadi pembicaraan manusia.”
Maka, dia membuat senjata khusus untuk membunuh Umar. Sebuah pisau berkepala dua dengan pegangan di tengahnya yang telah dibubuhi racun. Umar mendapatkan 6 tusukan, salah satunya di bawah pusarnya.
Menjelang kematiannya, Umar diberitahu bahwa yang menusuknya adalah seorang majusi yang bernama Abu Lu’luah. Umar pun berkata, “Segala puji bagi Allah yang tidak menjadikan

Minggu, 22 Desember 2013

Kemunafikan yang menimbulkan Penghianatan

Perumpamaan pertama subjek pembahasan kita terdapat pada surat Al-Baqarah ayat: 17 dan 18. Ayat itu berbunyi: 

"Perumpamaan mereka seperti orang-orang yang menyalakan api, setelah api itu menerangi sekelilingnya, Allah melenyapkan cahaya (yang menyinari) mereka dan membiarkan mereka tidak dapat melihat dalam kegelapan. Mereka tuli, bisu dan buta. Sehingga mereka tidak dapat kembali".

Gambaran pembahasan

Ayat ini berbicara tentang orang-orang munafik yang menggunakan tabir nifak. Tetapi akhirnya tabir nifak tersebut terkoyak. Dan kesudahan orang-orang munafik itu adalah kehinaan.

Di sini orang munafik diserupakan dengan manusia yang tersesat sendirian di padang pasir. Dia berusaha menemukan jalan untuk menyelamatkan dirinya dengan menyalakan api. Tetapi usahanya itu tidak berguna, sehingga ia tetap dalam kebingungan.

Syarah dan tafsir
Terdapat dua penafsiran atas ayat tersebut.

Penafsiran pertama: Perumpamaan orang-orang munafik seperti orang-orang yang tersesat di padang sahara yang gelap dan menakutkan. Asumsikanlah bahwa seorang musafir tertinggal sendirian dari robongannya di tengah-tengah padang pasir yang gelap. Dia tidak memiliki lampu, cahaya dan penunjuk jalan. Dia juga tidak tahu jalan dan tidak memiliki bushlah. Dari satu sisi dia merasa khwatir terhadap para penyamun dan binatang-binatang buas. Dari sisi lain iapun merasa khawatir akan mati akibat lapar dan dahaga. Kondisi ini mendorongnya untuk berpikir serius untuk mencari jalan dan berusaha semaksimal mungkin untuk dapat selamat dari bahaya yang dihadapinya. Setelah melakukan berbagai usaha, dia menemukan kayu bakar. Disulutlah kayu tersebut kemudian ia bawa untuk menerangi jalannya. Tetapi angin yang kencang memadamkan cahaya kayu tersebut. Kemudian ia segera mencari kayu lainnya agar dapat meneranginya, tetapi usahanya itu sia-sia, bahkan malah menambah jauh penyimpangan dan ketersesatannya dari jalan. 

Sesungguhnya orang-orang munafik seperti musafir ini telah tersesat jalan. Mereka berada dalam kegelapan dalam hidup yang penuh cahaya ini. Mereka tertinggal dari kafilah kemanusiaan dan iman, dan tidak menemukan penunjuk jalan. Karena Allah Swt telah memadamkan cahaya hidayah dari hati mereka dan membiarkan mereka dalam kegelapan.

Orang-orang munafik mempunyai dua wajah. Wajah lahir mereka muslim, tetapi bagian dalamnya kafir. Bagian lahirnya benar, tetapi batinnya dusta. Bagian lahirnya ikhlas, tetapi batinnya ria. Bagian lahirnya jujur, tetapi batinnya pengkhianat. Bagian lahirnya bersahabat, tetapi batinnya memusuhi. Mereka sengaja membuat lahiriahnya tipuan yang menerangi. Mereka sengaja menampakkan ke-Islaman-nya agar dapat mengambil keuntungan dari kejayaan Islam. Hewan sembelihan mereka halal, kehormatan mereka terpelihara, harta benda mereka terjaga dan dapat menikah dengan kaum muslimin. Mereka dapat menikmati materi duniawi yangsedikit yang mereka peroleh berkat cahaya api yang mereka sulut. Hanya saja cahaya tersebut menjadi padam setelah kematian mereka (Allah mamadamkan cahaya yang menerangi mereka). Ketika itu Allah Swt membiarkan mereka dalam kegelapan alam kubur, alam barzakh dan pada hari kiamat. Pada saat itulah mereka mengerti bahwa ke-Islaman lahiriah mereka dan keimanan mereka yang ria tidak ada gunanya sama sekali. 

Kesimpulannya ialah bahwa dalam ayat atau perumpamaan tersebut terdapat tasybih (penyerupaan). Orang-orang munafik adalah mereka yang diserupakan, sedangkan musafir yang kebingungan di padang sahara adalah yang diserupakan dengannya (al-musyabbah bihi). Sedangkan titik keserupaannya (wajhu at-tasybih) adalah kebingungan dan kesesatan serta usaha lahiriahnya itu tidak membuahkan hasil apa-apa.